Kamis, 31 Januari 2013

PARA SULTAN PEREMPUAN ACEH


Pada masanya, Aceh adalah sebuah imperium raksasa dengan angkatan militer yang kuat. Wilayahnya membentang di sepanjang Sumatera dan Semenanjung Malaya. Istana Darud Dunia di ibukota Aceh terkenal di kalangan para utusan dari negeri-negeri asing dengan pasukan gajah dan aula cerminnya yang mempesona. Dalam masa-masa kegemilangannya itu, Aceh pernah dipimpin oleh empat orang sultan perempuan (sultanah) secara berturut-turut. Mereka adalah Sultanah Safiatuddin, Sultanah Naqiatuddin, Sultanah Zaqiatuddin, dan Sultanah Zainatuddin.

Era para sultan perempuan ini dimulai dari Sultanah Safiatuddin yang naik takhta di Tahun 1641. Masa ini ditandai dengan kemajuan pesat di bidang ilmu pengetahuan dan diplomasi. Setelah wafatnya, beliau digantikan oleh Sultanah Naqiatuddin pada Tahun 1675. Masa pemerintahannya hanya 3 tahun saja, namun dia berhasil merumuskan perubahan penting dalam hukum tata negara Aceh kala itu. Dia digantikan oleh Sultanah Zaqiatuddin pada Tahun 1678, yang dikenal sebagai seorang sultanah yang tegas dan berani menentang pengaruh asing. Sultanah terakhir yang berkuasa di Aceh adalah Zainatuddin yang naik takhta di Tahun 1688.

Pada masa Zainatuddin, sekelompok aliran agama di Aceh semakin keras menolak kepemimpinan perempuan. Mereka mengharamkan perempuan menjadi sultan dan menuduhnya sebagai sumber kemunduran negara. Hingga akhirnya di tahun 1699, Zainatuddin digulingkan secara paksa, mengakhiri era kepemimpinan para sultanah di Tanah Aceh.

 
 
Sederet di antara para leluhur wanita Aceh (Aceh, pasai dan kerajaan lainnya) yang berjasa :

1. Sultanah Nahrasyiah
2. Sultanah safiatuddin bin Sultan Iskandar Muda
3. Sultanah Zaqiatuddin

4. Sultanah Naqiatuddin
5. Sultanah Kamalat Syah
6. Laksamana Keumala Hayati
7. Pocut Baren
8. Cut nya' Dhien
9. Cut Nya' Meutia
10. Pocut Meurah di Biheu (makam di Blora, Jawa timur)
11. Teungku Fakinah
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar