Minggu, 05 Mei 2013

Menikmati Jejak Puteri Pahang di Kutaradja

THE GLOBE JOURNAL

Sabtu, 30 Maret 2013 12:10 WIB
 
BANDA ACEH - Tak bisa menghabiskan liburan akhir pekan yang panjang ke luar kota atau ke tempat hiburan lainnya karena isi kantong yang menipis, di saat akhir bulan seperti ini? Sepertinya hal ini tidak menjadi masalah buat warga Kota banda Aceh. Walau tak bisa berlibur ke tempat-tempat wisata dl uar kota, namun mereka bisa menikmati hiburan menarik di pusat kota Banda Aceh.

Tepatnya di Taman Putroe Phang, Banda Aceh. Setiap akhir pekan, di taman yang asri ini selalu ada pertunjukkan seni. Selain bermain, pengunjung bisa menikmati berbagai atraksi seni, di panggung Art and Music Weekend Show.

Namun untuk akhir pekan ini, pertunjukkan menjadi lebih panjang. Pertunjukkan seni sudah dimulai sejak hari Jumat kemarin, karena bertepatan dengan tanggal merah dan hari libur nasional. Sejak dulu, taman yang satu ini memang menjadi tempat bermain bagi warga Kota Banda Aceh. Namun sejak dicanangkannya Tahun Kunjungan Wisata Kota Banda Aceh pada 2012 yang lalu, taman ini dipermak menjadi lebih cantik. Lokasi ini pun menjadi salah satu destinasi wisata bagi para wisatawan yang berkunjung ke Banda Aceh.

Di Taman ini pun nukilan sejarah kekuasaan kerajaan Aceh ditorehkan. Dan, hingga saat ini masih bisa dilihat dan disaksikan oleh masyarakat. Ikatan Sejarah Aceh-Malaysia Taman Putroe Phang (Putri Pahang) adalah taman yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Pembangunan dilakukan atas permintaan Putroe Phang (Putri Kamaliah) permaisuri Sultan Iskandar Muda yang berasal dari Kerajaan Pahang, Malaysia.

Taman ini dibangun karena Sultan sangat mencintai permaisurinya sehingga sang permaisuri tidak kesepian bila di tinggal sultan menjalankan pemerintahan. Di dalam Taman Putroe Phang terdapat Pintoe Khop merupakan pintu yang menghubungkan istana (Meuligoe) dengan Taman Putroe Phang yang berbentuk kubah. Di mana di bawahnya mengalir anak sungai Krueng Daroy, yang selalu dijadikan oleh sang permaisuri sebagai tempat berenang dan bercengkrama bersama dayang-dayangnya.

Pintoe Khop ini merupakan tempat beristirahat Putroe Phang, setelah lelah berenang, letaknya tidak jauh dari Gunongan (sebuah taman bermain permaisuri) dan disanalah dayang-dayang membasuh rambut sang permaisuri. Di sana juga terdapat kolam untuk sang permaisuri keramas dan mandi bunga.

Sebagai seorang permaisuri, Putroe Phang memiliki kecakapan dan kebijaksanaan sehingga mahsyur di dalam masyarakat Aceh. Dalam menyelesaikan sengketa hukum, masyarakat sering meminta pendapatnya. Akibat, kebijaksanaan dan kecakapannya itulah, dia menjadi rujukan dalam penyelesaian masalah-masalah hukum. Atas kerja sama yang baik antara Sultan dan Putroe Phang-lah kerajaan Aceh Darussalam mencapai puncak keemasannya. Lalu, dengan kecerdasannya, Putroe Phang menjadi istri sekaligus penasihat Sultan terbaik.

Destinasi Wisata Historis
Saat ini pemerintah Kota Banda Aceh telah menjadikan Taman Putroe Phang, sebagai obyek wisata yang dilengkapi dengan tempat bermain anak-anak, dan lokasi pemancingan. Letaknya persis di tengah kota Banda Aceh, yakni di jalan Teuku Umar berhadapan dengan Kerkoff (komplek pemakanan tentara Belanda) .

Akses ke tempat ini sangat mudah karena letaknya di tengah-tengah kota dan bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Rahmi, seorang warga Neusu, Banda Aceh, mengaku hampir setiap minggu menghabiskan waktu akhir pekannya di taman bermain ini.

"Lokasinya tidak jauh dari rumah, dan ini menjadi tempat kunjungan utama bagi anak-anak saya, karena di sini juga atraksi kesenian setiap minggu jadi sangat menghibur," ujar Rahmi, usai menyaksikan sejumlah tontonan kesenian di Taman Putroe Phang, Jumat (29/3/2013) kemarin.

Samsul Rizal (34), warga Neuheun Kabupaten Aceh Besar, juga berpendapat yang sama. Selain tempat hiduran dan liburan yang murah, lokasi ini juga menjadi sarana belajar sejarah yang asyik bagi anak-anak. "Jadinya mereka lebih tahu akan sejarah kerajaan Aceh, kalau tidak begini, sejarah ini akan hilang suatu saat, itu akan sangat disayangkan," jelas ayah satu putri ini.

Di akhir pekan yang panjang ini misalnya. Sejumlah atraksi musik yang dipertontonkan oleh grup-grup. band lokal ternama, cukup memukau para pengunjung. Selain itu ditampilkan juga atraksi tarian daerah dan kemahiran breakdance oleh anak-anak usia 10 hingga 15 tahun. "Sungguh senang bisa tampil disini, penontonnya banyak," sebut Haris, seorang perfomer breakdance junior klub Funky Naughty.

Jadi, jika Anda sedang berada di Kota Banda Aceh, pastikan anda tidak melewatkan situs sejarah yang satu ini. Selain mengetahui sejarah kerajaan aceh, anda juga bisa menikmati suasana alam yang asri dan sejuk di taman ini. [1-kompas]

Nihrasiyah Rawangsa Khadiyu; Penentang paham Arya Bakoy



 

BOY NASHRUDDIN AGUS  Senin, 29 April 2013 08:20:00 WIB

Ratu Nihrasiyah berhasil menjadikan Kerajaan Samudra Pasai sebagai pembangun awal tamaddun Kerajaan Islam mengikuti jejak ayahnya


Makam Ratu Nihrasyiah.@Ist

KALIGRAFI ayat-ayat Alquran terukir di makam yang terletak dalam komplek Makam Raja-raja Samudra Pasai. Makam itu merupakan makam terindah diantara lainnya dengan kaligrafi bernilai seni tinggi dan mengangumkan. Salah satu ukiran kaligrafi itu tertulis Ratu Nihrasiyah Khadiyu. Dia memerintah Samudra Pasai di tahun 801 Hijriyah hingga 831 Hijriyah. Jika menilik tahun masehi, ratu ini memerintah di 1400 hingga 1428.

Merujuk catatan sejarah karangan Ali Hasjmy dalam bukunya Wanita Aceh; sebagai negarawan dan panglima perang, tertulis Ratu Nihrasiyah Rawangsa Khadiyu merupakan malikah atau sultanah terakhir dari Kerajaan Islam Samudra Pasai. Dia merupakan putri kandung Sultan Zainal Abidin Malikul Dhahir yang memerintah Samudra tahun 750 Hijriyah hingga 796 Hijriyah atau 1350 hingga 1395.

Sultan Zainal Abidin Malikud Dhahir mangkat dalam pertempuran perebutan kekuasaan oleh panglimanya, Laksamana Nagur Rabath Abdulkadir Syah. Sang Laksamana ini kemudian berhasil dibunuh oleh perwira bawahannya, Arya Bakoy. Dia merupakan Sayhbandar Samudra Pasai. Setelah berhasil membunuh pembunuh Sultan, dia meminang janda Sultan Zainal Abidin Malikud Dhahir dan menjadi ayah tiri Ratu Nihrasiyah.

Masih menurut Ali Hasjmy, atas jasanya Arya Bakoy kemudian diangkat menjadi Perdana Menteri Kerajaan Samudra Pasai dengan gelar Maharaja Bakor Ahmad Permala.

Sejalan dengan kekuasaannya di pemerintahan Kerajaan Samudra Pasai, Arya Bakoy ternyata menganut ajaran yang menyimpang. Dia menasbihkan diri sebagai pengikut Wahdatul Wujud yang jauh menyimpang dari ajaran aslinya.

Lebih 40 ulama dibunuh karena menentang ajarannya. Arta Bakoy sesuai pahamnya berkeinginan menikahi putri kandungnya yang cantik, Putri Madoong Peria.
Paham yang dianut Arya Bakoy ditentang oleh Ratu Nihrasiyah. Karena itu dirinya hendak menggulingkan kekuasaan ratu.

Mendengar tindakan makar ini, Nihrasiyah kemudian memerintahkan untuk menangkap Arya Bakoy. Terjadilah pertempuran besar antara pasukan Arya Bakoy dengan pasukan pengawal istana yang setia kepada Ratu.

Pasukan kerajaan ini dipimpin suami Ratu Nihrasiyah, Malik Mustafa yang bergelar Pocut Cindai Simpul Alam. Pasukan Arya Bakoy dapat dihancurkan, dan Arya Bakoy tewas saat berduel dengan Malik Mustafa.
Sejak itu, Ratu Nihrasiyah berhasil menjadikan Kerajaan Samudra Pasai sebagai pembangun awal tamaddun Kerajaan Islam mengikuti jejak ayahnya. Pada tahun 1611 Masehi, Samudra Pasai bergabung dalam Kerajaan Aceh Darussalam menegakkan Islam dan menjadikan daerah ini sebagai pusat Islam di nusantara.[]

Sumber : Ali Hasjmy, Wanita Aceh; sebagai negarawan dan panglima perang.