Selasa, 4 December 2012 | 10:35
Banda
Aceh-Keluarga besar Yayasan Sultan Alaidin Mahmudsyah II yang
berdomisili di Banda Aceh bergerak di bidang kemanusiaan, keagamaan
dan sosial, dengan wilayah tugas dalam Propinsi Aceh, ingin menjelaskan
mengenai rencana mengadakan acara haul keluarga pada tanggal 1 Muharam
bersamaan tanggal 15 Nopember 2012 dimakam Muyang Kute yang terletak
desa Belang Jorong, Pondok Baru, Kecamatan Bandar ,Kabupaten Bener
Meriah.
Pembina Yayasan Sultan Alaidin Mahmudsyah II Sulaiman
menyampaikan munculnya haul adalah berdasarkan amanat dan wasiat
indatu mereka Sultan Alaidin Mahmudsyah II sebelum menghembuskan nafas
yang terakhir pada tahun 1904 di Bener Meriah.
Dimana saat itu, telah mewasiatkan kepada empat imeumnya untuk
disampaikan kepada ayah mertua beliau dan putra tunggalnya.“Wasiat dan
amanat tersebut di warisi kepada kami secara turun temurun (generasi
ke 3 dan ke 4 turunan Sultan Alaidin Mahmudsyah II),”ujar Sulaiman
ketika mengunjungi kantor Harian Rakyat Aceh, Senin (3/12), di Banda
Aceh.
Menurut wasiat tersebut, keempat Imeum ini bertindak sebagai Panglima
Perang sabil yang juga merawatnya dan menjaga Sultan sehingga akhir
hayatnya , imeum empat tersebut bernama, Imeum Malim Putih, Imeum Rais
Leubee, Imeum Yusuf dan Imeum Dai'. Sejak Sultan memutuskan untuk
tidak lagi duduk di istana, beliau secara terus -menerus bergerilya
melakukan perang sabil melawan belanda sehingga akhir hayatnya, jutaan
rakyat yang syahid berjuang bersamanya sehingga Sultan wafat di usia 48
tahun di Bener Meriah.
Jasad beliau ghaib di dalam keranda sewaktu keranda di letakan di bawah
pohon kasturi, disamping nya juga terdapat pohon Pisang Raja yang di
lingkari pohon tumpang Sirih. Pada waktu itu hujan yang sangat lebat,
angin kencang serta kelelahan berjalan , walaupun wasiatnya empat
imeum tidak boleh berhenti sepanjang perjalanan sehingga tiba di
tempat yang dituju, sebelum berehat para imeum ini menutup keranda
dengan daun -daun supaya jasadnya tidak basah, dan setelah hujan
lebat dan angin kencang berhenti para imeum ini mengangkat kembali
keranda ternyata sudah ringan dan di lihat jasad almarhum sudah tidak
ada lagi, setelah hilangnya jasad Sultan Alaidin Mahmudsyah II di dalam
keranda, maka ke empat imeum inilah yang mengambil batang dan daun
pisang serta pohon tumpang sirih di masukan ke dalam kain kafan di dalam
keranda untuk di makamkan keranda serta isinya bersebelahan pohon
kasturi tersebut.
Sultan Alaidin Mahmudsyah sewaktu hidupnya telah menjadikan Bener
Meriah ini sebagai benteng pertahanan perang dan perkampungan sebagai
pusat pertahanan terakhir perang sabil di Aceh melawan Belanda dan
jutaan nyawa masyarakat Aceh (pesisir dan Gayo) syahid demi
mempertahankan bangsa, agama dan bumi Aceh. Tidak ada istilah menyerah
sehingga titisan darah yang terakhir mempertahankan marwah bangsa Aceh
di bumi Bener Meriah.
Menurutnya, pada saat itu, Sultan Alaidin Mahmudsyah II masih sebagai
Sultan Aceh yang berdaulat di kalangan para pejuang sabil dan juga
sebagai panglima tertinggi angkatan perang sabil melawan belanda dan
sejarah mencatat inilah sejarah peperangan sabil melawan belanda yang
terbesar di Aceh terjadi di bumi gayo .
Sewaktu hidup beliau tinggal di Bener Meriah , Sultan Alaidin
Mahmudsyah II ada membai'at dan mengajarkan ilmu tauhid kepada
sebahagian masyarakat setempat , beliau juga mengangkat masyarakat Gayo
setempat sebagai anak dan saudaranyanya sendiri dan tidak semua
masyarakat mengetahui bahwa beliau adalah Sultan Alaidin Mahmudsyah II
sewaktu di Bener Meriah, hanya para imeum,panglima, juga keluarga
mertuanya serta anak didik bai'atnya saja yang mengetahui. kerahasian
beliau sebagai Sultan dijaga oleh masyarakat Gayo karena kondisi perang
dengan Belanda dan pergolakan politik di Kuta Raja.
“Begitulah sedikit cerita sejarah yang di tinggalkan kepada kami untuk
di kenang jasa beliau berjuang bersama rakyat Aceh di tanah Gayo untuk
mempertahankan kedaulatan bumi leluhor Aceh Darusalam yang berdaulat
tentunya, masih banyak lagi sejarah riwayat hidup beliau yang
diceritakan ke kami secara turun temurun yang tidak di uraikan
disini,”pungkasnya.(slm)(Bersambung)
Menurut kami, itupun sah sah saja,pak..tapi kalau kami dari seletan ini yang mengklaim..baru aneh..
BalasHapushehehe... harusnya dari pihak keluarga yang harus lebih dulu proaktif ya...
BalasHapusdongeng pengantar tidur
BalasHapus