Selasa, 12 Maret 2013

Nisan tua yang terbengkalai di komplek Unsyiah

Sesampainya di tempat, dua buah batu nisan tampak membentang dan dijadikan sebagai pintu gerbang.



detik | makam di Gampong Pande Kec. Kuta Raja Banda Aceh
PADA hari Kamis, 14 Februari 2013  anggota Komunitas Pecinta Ekspedisi Sejarah Nanggroe ( KPESN) meluangkan waktu untuk menikmati secangkir kopi dan berdiskusi tentang perkembangan organisasi nya.

Di sela- sela pembicaraan, salah seorang dari anggota mengatakan ada sepasang batu nisan terletak di komplek Unsyiah yang keadaannya sangat memprihatinkan. Setelah selesai ngopi tim bersama teman- teman mengunjungi tempat tersebut untuk mengecek kondisi batu yang diceritakan oleh teman tersebut.

Sesampainya di tempat, dua buah batu nisan tampak membentang dan dijadikan sebagai pintu gerbang.
Seorang masyarakat mengatakan, pintu gerbang ini bukan dibuat secara sengaja di dekat batu nisan tapi karena keadaan. Beliau juga menuturkan, di dalam pekarangan rumahnya masih banyak batu nisan- batu nisan yang ditenggelamkan oleh rumput. Beliau juga mengungkapkan, banyak juga batu nisan yang sudah diambil dan dibawa entah kemana.

Keesokan harinya kami pun mengambil kesimpulan untuk membersihkan makam tua itu. Pada hari Sabtu, jam empat sore kami bergegas menuju tempat yang sebelumnya kami cek.

Pembersihan diawali  dekat pintu gerbang dan kemudian masuk ke pekarangan. Tampak satu batu nisan besar patah tidak tau penyebab yang pasti. Salah satu anggota  pun mengangkat batu itu dari cengkraman tanah liat. Tinggi batu nisan itu kira- kira 80cm kurang lebih jika tidak patah. Corak nisan tidak jauh berbeda dari batu- batu nisan yang sering kita jumpai. Salah satunya batu nisan raja- raja Aceh.

Dalam benak keluar "SIAPAKAH MEREKA?" Batu- batu nisan yang terlihat seperti ada hubungan  keluarga dengan pendiri  Kerajaan Aceh Darussalam( anggapan). Ingin rasanya untuk mengungkap sejarahnya dan menjadikan sebuah berita baru dalam dunia jejak peradaban Aceh.

Namun  apa yang bisa diperbuat, anggota hanya bermodalkan niat, pengetahuan seadaanya tanpa bisa membaca tekstur bacaan Arab yang berbentuk kaligrafi. Banyak batu- batu nisan yang tidak terurus di Aceh. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran dari masyarakat tentang pentingnya menjaga barang purbakala. terkadang, batu nisan dijadikan sebagai batu asah parang.[]  

*RIZKI RASNAWI adalah anggota KPESN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar