Kamis, 27 Agustus 2015

Misteri Kerajaan Linge, Mulai Terungkap

KAWUNGANTEN.COM


Replika Umah Pitu Ruang di Buntul Linge (Foto–Lintasgayo.com/Khalisuddin)

Benarkah Kerajaan Linge itu ada. Benarkah Kerajaan Linge berlokasi di Buntul Linge Kampung Linge Kecamatan Linge, Aceh Tengah. Dan sejumlah pertanyaan tentang “Linge” hingga kini terus mencuat.Apakah ‘Linge” hanya “Leng e?”….

Apalagi, Kerajaan Islam Linge, tidak meninggalkan catatan tertulis. Kecuali sejarah asal usul Linge yang dikemas dalam bentuk “melengkan” atau petatah – petitih gayo, yang kerap disampaikan dalam upacara adat perkawinan.

Sejak beberapa hari lalu, (25/11/12) Balai Arkeologi Medan (Balar) yang diwakili peneliti, Lucas Partanda Koestoro menemukan adanya kehidupan masa lalu. Dalam eksavasi tersebut, sejumlah fragmen (pecahan) artefak (data berupa benda arkeologis yang dibuat manusia) di sekitar lokasi Buntul Linge.

Menurut Lucas, titik survey sudah ditentukan sejak tahun 2008 namun baru tahun 2012 penelitian dengan ekskavasi. Dari penggalian dihari pertama tersebut ditemukan fragmen gerabah (tembikar), keramik, tulang binatang. Dan yang paling istimewa atas penelitian tersebut adalah ditemukannya bukti kejayaan Kerajaan Linge.

“Keramik adalah barang mewah pada masanya dan dari bentuk, warna dan pola hiasnya kami pastikan berasal dari China dan Eropa. Dan pertanyaannya adalah kenapa ada keramik ?”, kata Lucas.

Balar, menilai dengan kesimpulan sementara bahwa bekas Kerajaan Linge itu, adalah mereka mengikuti perkembangan zaman dengan baik. Mereka punya selera dan indikasinya memiliki budaya yang tidak rendah, terang Lucas.


1354023011774469225
Fragmen Yang Ditemukan di Buntul Linge( Khalisuddin)

Lebih jauh diungkapkan, kerajaan Linge kaya, tidak miskin. Buktinya mereka punya kemampuan bertukar barang karena ada alat tukar. Mereka memiliki tingkat ekonomi yang tinggi untuk memenuhi selera dan ini terjadi pada abad 19 sampai awal abad 20.

Dari temuan itu, lanjut Lucas , temuan, ini menjadi indikasi awal yang sangat baik untuk mengenal lebih lanjut terkait budaya masyarakat Linge. Meski masih meneliti diluar komplek Buntul Linge, karena konon, ekskavasi tersebut dilarang dilakukan dalam komplek Buntul Linge yang sudah dibatasi pagar.

Pelarangan tersebut oleh warga setempat karena belum paham arti penelitian arkeolog ini. Untuk mengungkap fakta sejarah masa lalu secara ilmiah. Namun, Lucas Partanda bisa faham ketidaktahuan masyarakat , khususnya kuncen makam tersebut.

Kedepan, Lucas berharap agar warga paham arti penelitian arkeologi. Karena kedepan, Balar berharap akan terus melakukan penelitian lanjutan di Linge guna mengungkap fakta terpendam sebuah Sejarah Linge secara ilmiah. Apalagi kedalaman ekskavasi, sebut Lucas, baru dilakukan dengan kedalaman 40 Cm, di tiga titik berbeda.

Di tempat terpisah, tepatnya di Loyang (Ceruk) Mendale dan Ujung Karang Kecamatan Kebayakan Aceh Tengah, Balar Medan yang dipimpin Ketut Wiradnyana, menemukan kembali kerangka manusia prasejarah.

Penemuan ini merupakan temuan yang kesekian kalinya oleh tim yang dipimpin Ketut Wiradnyana tersebut. Selama melakukan ekskavasi sejak tiga tahun belakangan. Menurut Ketut analisa sementara, kerangka manusia ini pernah hidup di awal-awal tahun Masehi atau sekitar 2000 tahun yang lalu.

Selain kerangka prasejarah, juga ditemukan ditemukan di lubang ekskavasi sejumlah pecahan Gerabah dan kapak batu persegi. Sangat disayangkan hingga saat ini, pelepasan kepemilikan lahan di Ujung Karang Kebayakan masih menimbulkan persoalan.

Keluarga pemilik lokasi Ujung Karang sudah bersedia melepaskan kepemilikan menjadi milik Pemda. Hanya saja mereka meminta sedikit uang untuk berangkat ke Jakarta karena ada ahli waris Ujung Karang yang tinggal di Jakarta. Tapi sayang persoalan ini belum serius ditangani dinas terkait.

Selama beberapa tahun meneliti di Dataran Tinggi Gayo, Ketut Wiradnyana, Lucas Partanda K, menemukan banyak fakta arkeologis yang merubah kiblat prasejarah sebelumnya.

Salah satunya, temuan bahwa gayo lebih tua dari Karo di Sumatera Utara. Bahkan Ketut sudah mempresentasikan temuan tersebut di tingkat Universitas di Sumut. Ketut , dari hasil penelitian di gayo sudah membuat sebuah buku arkeolog berjudul, “Merangkai Identitas Gayo”.

Menurut Ketut Wiradnyana, secara arkeolog, temuan di Kecamatan Kebayakan, sangat menarik dan diprediksi merupakan kawasan hunian prasejarah. Hunian prasejarah selama beberapa dekade.


1354023151852068885
Fragmen tembikar berpola hias. (Lintas Gayo | Khalissuddin)
Win Ruhdi Bathin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar