Kamis, 02 Januari 2014

Di Pande, Menempah Besi dari Generasi ke Generasi

Logo The Globe Journal - Original

Fadel Aziz Pase | The Globe Journal
Minggu, 30 Juni 2013 14:13 WIB
BUNYI pukulan besi di setiap rumah dikampung ini sudah mulai sejak puluhan tahun lalu. Saban hari tak pernah mengenal lelah. Sudah beranak cucu mereka melakoni pekerjaan ini.
Setiap harinya ribuan tempahan besi yang sudah menjadi parang, sabit, pisau, cangkul, dihasilkan dari kampung ini.
Perjalanan lumayan jauh dari pusat ibukota Aceh Utara di Lhoksukon. Kita butuh waktu selama 30 menit menuju kampung Pande dengan mengendarai kendaraan roda dua. Kira-kira 20 kilometer dari pusat Ibukota Petro Dolar, Aceh Utara di Lhoksukon.
Kampung ini berada di Kecamatan Tanah Pasir. Pada 26 Desember 2004 lalu sebagian penduduk dan harta bendanya ikut digulung gelombang tsunami yang menimpa tanah rencong ini.
Kampung ini bersebelahan dengan pusat kecamatan Tanah Pasir (Keude Simpang Peut – red). Bagi masyarakat Aceh Utara kampung Pande tidak asing lagi, bahkan ketika kita berbicara tentang peralatan pertanian atau perkebunan, mereka langsung mengarahkan kita ke kampung Pande untuk membelinya.
Hari menjelang siang, Minggu (30/6/2013) The Globe Journal tiba di Kampung Pande. Lelaki tua yang sudah berumur 60 tahun terlihat masih kuat memukul besi ditempat tempahan besi yang berada disamping rumahnya.
Abu Bakar Hasan namanya, kumisnya sudah memutih namun semangatnya tidak pernah berkurang untuk mencari nafkah dengan keahliannya sebagai pandai besi.
Sudah cukup lama ia melakoni pekerjaannya, sejak dirinya masih kanak-kanak telah membantu orang tuanya yang juga berprofesi sebagai pandai besi yang saban hari membentuk besi tempahan. “Sudah cukup lama, ketika saya sekolah SD dulu sudah membantu Ayah,” ujar lelaki paruh baya tersebut.
Menurut ayah lima anak ini, dirinya tidak mengetahui sejak kapan awal mulanya tempahan besi dimulai dikampungnya. Karena kata Abu bakar, ayahnya juga pernah bercerita kalau neneknya juga berprofesi sebagai pandai besi dikampung tersebut.
“Sudah cukup lama, sejak nenek saya juga sudah ada disini,” katanya.
“Sudah beranak cucu masyarakat disini berprofesi sebagai pandai besi,” tambah Abu Bakar yang dibenarkan Bariah (50) isterinya yang duduk membantu Abu Bakar.
Tidak salah kalau masyarakat di Aceh Utara menamakan kampung Pande adalah kampung seribu pandai besi. Beberapa pemuda yang asli berasal dari desa tersebut telah menikah dengan perempuan di daerah lain sudah membuka dan bekerja sebagai perajin besi di daerah yang mereka huni sekarang, seperti Panton Labu dan Bireuen.
Mau memiliki parang, sabit, cangkul atau pisau sesuai dengan selera anda? Yuk kunjungi dan pesan di kampung pande. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar