Kamis, 11 April 2013

Apa yang Menarik Peziarah ke Makam Syiah Kuala?



Serambi Indonesia

Rabu, 9 Januari 2013 18:57 
WIB
 
SERAMBINEWS.COM - Wisata religi ke makam ulama Aceh Syech Abdurrauf bin Ali Alfansuri atau yang terkenal dengan nama Teuku Syiah Kuala, dipadati ratusan pengunjung setiap harinya. Tak hanya dari berbagai kabupaten/kota di Aceh, kunjungan ramai juga datang dari warga luar Aceh, bahkan luar negeri seperti Malaysia, Brunai Darussalam dan Arab.


Pengakuan sejumlah warga, kunjungan mereka didasari atas ketakjuban dan kuasa Sang Pencipta pada makam ulama besar ini yang tidak rusak saat bencana gempa dan tsunami Aceh, 26 Desember 2004 silam.


Semua nisan tetap teronggok di areal makam kendati tidak beraturan sesaat setelah tsunami reda. Padahal letak makam dengan pantai sebelum tsunami diperkirakan hanya satu kilometer. Sedangkan saat ini hanya berjarak 100 meter. Hal itu diakui penjaga makam, Tgk Abu Bakar (70), Rabu (9/1/2013).


Sebagai penduduk asli setempat, Abu Bakar turut takjub menyaksikan keajaiban pada makam Tgk Syiah Kuala yang lepas dari gulungan tsunami. "Kalau dulu setelah makam ini masih banyak rumah-rumah penduduk, sekarang berbatas langsung dengan pantai," ungkap Abu Bakar seraya menunjuk ke pantai yang berombak kecil.


Kini, setelah renovasi makam dilakukan, menarik minat pengunjung yang semakin ramai berkunjung setiap harinya. Terutama pada Senin dan Kamis, hari dimana peziarah tak hanya melakukan kunjungan, melainkan disertai hajatan seperti aqiqah (turun tanah) serta melepas nazar.


Seperti diakui Ruhamah (52), warga Lambaro, Kabupaten Aceh Besar. Dirinya melepas nazar sang anak lelaki yang baru saja sembuh dari penyakitnya. "Kami bawa kambing satu ekor yang dimasak di sini, nanti bisa dimakan bersama-sama peziarah lain," kata Ruhamah.


Kedatangannya beserta keluarga sejak pagi dengan membawa seekor kambing setelah terlebih dulu memberitahu pihak penjaga makam yang kemudian menyediakan ruang dapur untuk memasak. Tak hanya kambing, ayam serta binatang ternak lain juga sering dijadikan menu hajatan yang bisa dinikmati semua peziarah di sana.


Sedangkan malam hari, aktivitas peziarah sering diisi zikir dan doa bersama oleh berbagai komunitas muslim. Aktivitas peziarah antara lain diisi shalat sunnah, berdoa dan berzikir di makam, bahkan ada yang mencuci muka dengan air sumur yang tersedia di dekat makam. Kendati tidak dibenarkan melakukan ritual yang bisa mengarah ke perbuatan syirik atau menduakan Allah. Hal itu biasanya berbentuk, mengambil batu atau tanah dengan harapan mendapat berkah dari benda tersebut.


Kini, setiap hari sejak pagi hingga malam aktivitas religi tak pernah sepi dari makam ulama besar yang namanya ditabalkan menjadi nama universitas terbesar dan kenamaan di Aceh tersebut.

Editor : mufti
Sumber : Kompas.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar