Selasa, 05 Februari 2013 18:55 WIB
EDI MISWAR MUSTAFA | Foto : kuil Palani Andawer di Keudah, Banda Aceh
BAGI orang-orang sekitar Meureudu, Pidie Jaya, salah satu keunikan kota
ini adanya komunitas kleng. Ini dapat dibuktikan dengan banyaknya
orang-orang berwajah India, aneka makanan, dan kampung bernama Dayah
Kleng.
Letak kampung ini, bila sekali waktu Anda ke Kota Meureudu, arah utara Kota Meureudu. ”Sekarang sudah bercampur, tapi masih banyak kuturunan Kleng ini. Saya kira ada 75 persen di kampung ini warga India. Lainnya orang-orang yang datang dari Ie Leubeu dan Laweueng, Pidie,” kata Zakaria Husen (76), Selasa, 5 Februari 2013.
Menurut Zakaria, orang-orang Kleng yang menetap di Meureudu sama dengan orang-orang Kleng yang menetap di Idi, Aceh Timur. Mereka masuk menjelang Belanda masuk ke Aceh.
”Dulu bukan di sini Kota Meureudu, tapi di sana, di TPI (Tempat Penjualan Ikan),” ujar lelaki ini di teras rumahnya. TPI yang dia tunjuk dekat dengan kuala sungai Meureudu. ”Saat Belanda Masuk kemari, kota perlahan-lahan berpindah agak ke selatan,” jelas Zakaria.
Meuligoe (tempat kediaman bupati Pidie Jaya), tempat tinggal kontroleur Belanda (di depan meuligoe terdapat lapangan sepak bola kota Meureudu. Arah timur lapangan sepak bola ini terdapat kediaman Ampon Chik Meureudu).
Namun, menurut Zakaria, orang-orang keturunan India ini tidak peduli masalah politik. Orang-orang Aceh berusaha mengusir Belanda dari Meureudu, orang India berdagang. ”Mereka tidak peduli mengenai perang. Mereka Cuma datang dari tanah kelahirannya untuk berdagang, ya berdagang. Di lepas pantai Meureudu, tongkang-tongkang besar yang dapat diawaki puluhan orang siap berlabuh selama berbulan-bulan,” ujarnya.[] (ihn)
Letak kampung ini, bila sekali waktu Anda ke Kota Meureudu, arah utara Kota Meureudu. ”Sekarang sudah bercampur, tapi masih banyak kuturunan Kleng ini. Saya kira ada 75 persen di kampung ini warga India. Lainnya orang-orang yang datang dari Ie Leubeu dan Laweueng, Pidie,” kata Zakaria Husen (76), Selasa, 5 Februari 2013.
Menurut Zakaria, orang-orang Kleng yang menetap di Meureudu sama dengan orang-orang Kleng yang menetap di Idi, Aceh Timur. Mereka masuk menjelang Belanda masuk ke Aceh.
”Dulu bukan di sini Kota Meureudu, tapi di sana, di TPI (Tempat Penjualan Ikan),” ujar lelaki ini di teras rumahnya. TPI yang dia tunjuk dekat dengan kuala sungai Meureudu. ”Saat Belanda Masuk kemari, kota perlahan-lahan berpindah agak ke selatan,” jelas Zakaria.
Meuligoe (tempat kediaman bupati Pidie Jaya), tempat tinggal kontroleur Belanda (di depan meuligoe terdapat lapangan sepak bola kota Meureudu. Arah timur lapangan sepak bola ini terdapat kediaman Ampon Chik Meureudu).
Namun, menurut Zakaria, orang-orang keturunan India ini tidak peduli masalah politik. Orang-orang Aceh berusaha mengusir Belanda dari Meureudu, orang India berdagang. ”Mereka tidak peduli mengenai perang. Mereka Cuma datang dari tanah kelahirannya untuk berdagang, ya berdagang. Di lepas pantai Meureudu, tongkang-tongkang besar yang dapat diawaki puluhan orang siap berlabuh selama berbulan-bulan,” ujarnya.[] (ihn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar